Perbandingan Kecepatan Disolusi Intrinsik (Absorpsi) Tablet Asetosal Menggunakan Pelarut Etanol 95% dengan Pelarut Kloroform

  • Mia Ariasti Fakultas Kesehatan Universitas Bumigora
  • Lalu Busyairi Muhsin Fakultas Kesehatan Universitas Bumigora
  • Novitarini Novitarini Fakultas Kesehatan Universitas Bumigora
Keywords: Kloroform, Metanol, Asetosal Destilasi

Abstract

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan secara sederhana. Penelitian ini ertujuan untuk mengetahui kecepatan instrisik suatu sedeiaan tablet. Kecepatan intrisik berpengaruh pada absorpsi tubuh pada tablet obat.Disolusi merupakan proses dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses integrasi dan degadrasi. Sediaan merupakan sebagian  dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan. Uji Disolusi yaitu melakukan rekristalisas asetosal dengan pelarut etanol 95% dan chloroformMencetak hasil rekristalisasi menjadi tablet A (Hasil rekristalisasi dengan pelarut chloroform) dan tablet B (hasil rekristalisasi dengan pelarut etanol 95%).. Sampel ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer pada λ= 265 nm dengan blangko dapar asetat. (replikasi 3 kali). Pembuatan kurva baku asetosal dimulai dengan menimbang dengan seksama 140 mg asetosal, melarutkan asetosal dengan alkohol 95% beberapa tetes dalam labu takar 50 ml, menambahkan dapar asetat ada tanda batas (larutan stok). Tablet A 0,319mg/menit.mm, Tablet B 0,182  mg/menit.mm. Terdapat perbedaan  antara tablet A dan tablet B pada nilai DE dan kecepatan disolusinya. Dilihat dari efisiensi disolusinya, tablet asetosal dengan pelarut kloroform memiliki nilai DE yang lebih besar daripada tablet asetosal dengan pelarut etanol 95%.

References

Agoes. 2008. Seri Farmasi Industri Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali. ITB. Bandung
Alache. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasetika, Edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya
Medicine, 9 (3), 232-237.
Ekstrak Etanol Daun Sligi (Phyllanthus buxifolius muell. Arg) Terhadap Mencit Galur Balb/C. Indonesia Journal On Medical Science-volume 2 No. 1.
Hartwig MS, Wilsom LM. (2006). Nyeri. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol. 2. Jakarta: EGC, 1063-1064, 1073 & 1075
Heinrich M, Barnes J, Gibbons S, Williamson EM. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta: EGC
Henderson MS, dan Perry. (1976). Agricultural Procces Engineering, Third Editions. The AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Mohan N, Gulecha VS, Aurangbadkar VM, Balaraman R, Austin A. & Thirugananasampathan S. 2009. Analgesic and Anti-inflammatory Activity of a Polyherbal Formulation (PHF-AROGH). Oriental Pharmacy and Experimental
Rochma EN. 2016. uji efek analgesik ekstrak etanol daun sere (Andropogen citratus DC) pada mencit putih jantan (Mus musculus). [Skripsi] Surakarta: Universitas Setia Budi.
Shargel. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press. Surabaya
Shuib NA, Iqbal A, Sulaiman FA, Razak I, Susanti D. 2015. Antioxsidant and Antibacterial Activities of Ruta angustifolia Extract. 77: 25 (2015) 101-105
Sirait MD, Hargono J R, Watimena M, Husin R.S 1993. Pedoman
Voight. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta
Published
2024-03-05
How to Cite
Ariasti, M., Muhsin, L., & Novitarini, N. (2024). Perbandingan Kecepatan Disolusi Intrinsik (Absorpsi) Tablet Asetosal Menggunakan Pelarut Etanol 95% dengan Pelarut Kloroform. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Farmasi, 12(1), 25 - 27. https://doi.org/10.51673/jikf.v12i1.2246